Jumat, 18 Maret 2016

Tulisan

Perekonomian Indonesia Saat Ini

Jumat, 18/03/2016 10:43 WIB Jakarta, CNN Indonesia Bank‎ Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2016 di kisaran 5,1 persen. Angka itu di atas pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) sebesar 4,71 persen, maupun pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2015 sebesar 5,04 persen.
            “Kami lihat, secara umum, pertumbuhan ekonomi di kuartal I (2016) ini akan lebih baik, di atas 5,1 persen lah, kira-kira sedikit di atas 5,1 persen," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, di Jakarta, kemarin.
            Juda mengungkapkan pertumbuhan ekonomi kuartal I terutama ditopang oleh konsumsi dan investasi pemerintah yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
            Juda mencatat belanja modal pemerintah sampai akhir Februari melesat 300 persen (yoy). Sementara, belanja barang pemerintah naik 60 persen (yoy).
“Jadi cepat sekali pemerintah dan ini menjadi salah satu penopang atau menjadi driver, menjadi sumber pertumbuhan di kuartal I,” ujar         Juda.
            Selain itu, lanjut Juda, apabila dilihat dari sisi konsumsi masyarakat, indikatornya memberikan sinyal positif. Misalnya, kenaikan indeks keyakinan konsumen maupun penjualan            ritel.
            “Memang ada beberapa indikator konsumen yang masih agak mix seperti penjualan mobil masih relatif flat,”    ujarnya.
            Tak hanya itu, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal I akan lebih baik dibandingkan perkiraan di awal tahun. Hal itu ditopang oleh neraca perdagangan yang mencatatkan surplus US$1,15 miliar atau lebih baik dibandingkan dengan prediksi           sebelumnya.
            "Memang surplus neraca perdagangan kemarin lebih baik surplusnya dari perkiraan kami di awal tahun sehingga untuk kuartal I ini kami perkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan sedikit lebih baik yaitu di sekitar 2,6 persen sampai 2,7 persen (dari PDB)," ujarnya.
            Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada di kisaran 5,2-5,6 persen (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu, 4,79 persen. (gen)

Rabu, 16 Maret 2016 - 12:56 WIB Jakarta, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut paket kebijakan ekonomi yang digulirkan pemerintah mampu mendongkrak ekonomi dalam negeri.
Dia menilai, langkah yang ditempuh pemerintah mulai dari pemangkasan birokrasi membuat optimisme masyarakat dunia kembali pulih. Sebagai contoh, lanjut dia, di pelabuhan ada 129 peraturan menteri, lalu dipotong menjadi sepertiganya.
"Nah, contoh-contoh ini akan membuat birokrasi kita lebih bersahabat terhadap bisnis," kata dia di Hotel Pullman, Rabu (16/3/2016).
Selain meningkatkan kepercayaan dunia, paket kebijakan juga memperbaiki kondisi makro ekonomi RI. Rizal menyebut, neraca perdagangan yang surplus hingga menguatnya nilai tukar rupiah menjadi bukti berhasilnya paket kebijakan pemerintah.
            "Terjadi peningkatan surplus perdagangan biasanya kan tahun lalu kan masih negatif, sekarang sudah surplus perdagangan, itu kan memperbaiki Current Account Defisiti, tadinya defisit current account kita 3 persen sekian, sekarang menjadi 2 persen, itu yang menjelaskan kenapa rupiah menguat, karena inflasi yang rendah, ini merupakan momentum yang positif indikator makro juga sudah membaik, kita percepat ini semua, tapi yang penting adalah supaya rakyat kita bisa hidup lebih baik," tukas dia. (rai)
(rhs)

            Jum'at,  18 Maret 2016  −  01:04 WIB Bengkulu, Penurunan ekspor Indonesia pada Februari lalu menunjukkan bahwa Indonesia harus  meningkatkan daya saingnya. Padahal dengan pelemahan rupiah, seharusnya ekspor menguat.
            Seperti diketahui, sebelumnya BPS merilis nilai ekspor Indonesia per Februari lalu sebesar USD11,30 miliar. Nilai tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun           sebelumnya.
            ”Kita harus mampu meningkatkan ekspor non migas kita. Ekspor itu pendapatan devisa besar,” kata Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) usai melantik 128 DPC Partai Perindo Bengkulu, Kamis            (17/3/2016).
            Penurunan ekspor tersebut menjadi indikasi produktivitas nasional makin lemah. ”Seharusnya di luar negeri barang-barang produksi Indonesia semakin murah. Seharusnya ekspor kita naik,” tuturnya.
            Hary menuturkan, Indonesia harus meningkatkan daya saing. Dulu Indonesia pernah menjadi macan Asia. Saat itu, negara-negara tetangga masih belum seperti saat ini. Malaysia pun awalnya belajar dari Indonesia. Namun kini Indonesia tertinggal.
            ”Indonesia menjadi panutan pada zaman itu. Cuma saat itu kita tidak membangun ekosistem yang lengkap,”         ungkapnya.
            Negara-negara lain yang melihat kelemahan Indonesia itu, membangun ekosistem lebih lengkap. Akibatnya banyak industri hengkang dari Indonesia dan berpindah ke negara Negara       tersebut.
            Indonesia tertinggal dalam berbagai pilar daya saing, di antaranya infrastruktur dan pendidikan. World Economic Forum (WEF) menunjukkan infrastruktur Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-62 dari 140 negara yang disurvei   WEF.
            Di wilayah ASEAN kualitas infrastruktur Indonesia masih kalah jauh dibandingkan Singapura (peringkat ke-2 dunia), Malaysia (peringkat ke-24 dunia), dan Thailand (peringkat ke-44 dunia). ”Sementara dalam hal pendidikan mayoritas masyarakat kita hanya berpendidikan SD ke bawah,” kata         HT.
            Perbaikan pendidikan pun harus dilakukan. Perbaikan tidak hanya dalam pendidikan formal, namun juga diberikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan keterampilan. ”Kita sudah bergeser dari basis industri produksi ke konsumsi,” tandasnya.           
(poe)

Referensi :
Penulis :
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160318104358-78-118230/bi-ekonomi-indonesia-melaju-sekitar-51-persen-di-kuartal-i/ 

Penulis : Kurniasih Miftakhul Jannah
http://economy.okezone.com/read/2016/03/16/20/1337342/rizal-ramli-paket-kebijakan-dongkrak-ekonomi-ri

http://ekbis.sindonews.com/read/1093858/33/indonesia-harus-tingkatkan-daya-saing-1458237844